BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Sabtu, 16 Mei 2009

Mobil - Mobil Murah Meriah Karya Anak Bangsa di Arena Pameran JiExpo


Beli Rumah Dapat Tawon, Beli GEA Bisa Pilih Bensin atau Gas



Setelah bertahun-tahun gaung program mobil nasional (mobnas) tak terdengar lagi, beberapa pengusaha dalam negeri mulai berlomba untuk membuat mobnas. Setidaknya sudah ada empat unit yang diciptakan dan mulai Rabu lalu (13/5) dipamerkan di Jakarta. Harganya murah meriah. GEDUNG JiExpo di Kemayoran, Jakarta Pusat, kemarin siang dijubeli ratusan pengunjung. Di sana sedang digelar Pameran Produksi Indonesia (PPI) 2009 yang dibuka Plt Menko Perekonomian Sri Mulyani Rabu lalu (13/5).

Jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, pameran kali ini lebih semarak. Salah satu yang menarik perhatian pengunjung adalah dipajangnya empat unit mobil yang diproduksi anak bangsa di arena pameran tersebut.

Dua di antara empat mobil itu menggunakan nama binatang, yaitu Tawon dan Komodo. Dua lagi bernama GEA dan UPV Arena.

Keempat mobil itu diklaim memiliki kandungan lokal (local content) di atas 90 persen. Artinya, hampir semua dibuat dan diproduksi di Indonesia. Masyarakat tinggal memilih salah satu di antara keempat mobil itu, sesuai dengan minat dan keperluannya.

Tawon, misalnya, diharapkan menjadi mobil komersial pengganti bajaj. Harganya dipatok Rp 48 juta. Sedangkan GEA dan UPV Arina cocok sebagai city car (mobil perkotaan). Untuk GEA, harganya Rp 50 juta. Sedangkan UPV Arena dibanderol Rp 25-32 juta, bergantung mesinnya.

Mobil satunya lagi, Komodo, cocok untuk off road atau digunakan untuk menjelajah medan-medan terjal. Harga mobil itu Rp 45 juta untuk satu kursi dan Rp 50 juta yang dua kursi.

Mobil Tawon dibuat perusahaan yang dulu dikenal sebagai agen gas pertama di Indonesia, PT Super Gasindo Jaya, milik pengusaha Koentjoro. Pria itu menyatakan mendapatkan gagasan untuk membuat mobil nasional pada 2007. ''Awalnya saya prihatin melihat kehidupan para pengemudi bajaj. Kerja 10-15 tahun masih ngontrak rumah, banyak utang, malah kadang ada yang rumahnya digusur,'' ungkapnya.

Nah, dengan membuat mobil yang murah, cicilan ringan dan nyaman, dia berharap agar para pengemudi bajaj memperoleh penghidupan yang lebih baik. Bahkan, tidak hanya itu, pihaknya juga menjalin kerja sama dengan sebuah koperasi untuk mengadakan program bundling. ''Dengan cicilan Rp 100 ribu per hari selama lima tahun, (pengemudi bajaj) akan mendapatkan rumah di Bekasi Timur, plus mobil yang siap dipakai untuk bekerja,'' terangnya.

Koentjoro tidak menyebutkan harga rumah itu. Tetapi dengan cicilan tersebut, pengemudi bajaj sudah bisa memiliki mobil Tawon. Koentjoro lantas menunjukkan gambar rumah yang dia maksudkan. Rumah itu tampak sangat sederhana, dengan luas tanah 6 x 10 meter, luas bangunan 3 x 10 meter, dan berdinding batako. ''Yang beli harus masuk menjadi anggota koperasi. Jadi, kalau dia nakal, bisa ditarik kembali,'' tegasnya.

Bodi mobil Tawon, lanjut Koentjoro, saat ini sudah diproduksi lebih dari 200 unit. Sedangkan pembuatan mesinnya bergantung kepada permintaan konsumen. Pabrik mobil Tawon di Rangkasbitung, Lebak, Banten, siap memasang mesin dengan sumber energi yang berbeda-beda. Bisa gas, atau bensin premium. ''Sementara mesin ini masih impor dari Tiongkok. Tapi, akhir tahun nanti saya akan buat di sini (Indonesia),'' tambahnya.

Mesin yang disiapkan berkapasitas 650 cc dengan dua silinder dan diklaim mampu melaju dengan kecepatan 90 kilometer per jam. Konsumsi bahan bakarnya diperkirakan 1 liter untuk 20 kilometer. Saat ini mobil Tawon masih menunggu izin dari Pemprov DKI Jakarta untuk disahkan sebagai pengganti bajaj. ''Nomornya tetap, BPKB dan STNK-nya saja yang diganti. Sedangkan bajaj yang lama dipres saja di Krakatau Steel,'' katanya.

Lain Tawon, lain pula mobil GEA yang merupakan singkatan dari Gulirkan Energi Alternatif. Mobil itu diproduksi PT Industri Kereta Api (Inka) di Madiun. Mobil tersebut masih dalam tahap konsep (prototipe) sehingga bodinya dibuat dari fiberglass. Jika banyak pemesan, baru dibuat dengan bahan baku baja. Namun, karena terbuat dari fiber, pintunya berderit saat dibuka. ''Itu karena fiber-nya kurang presisi,'' tutur Marketing PT Inka Iwan Ridwan.

Seluruh badan mobil dibuat PT Inka, perusahaan yang biasanya membuat gerbong kereta api. Sedangkan BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi) bertugas membuat mesinnya. Dengan begitu, mobil itu 100 persen produksi dalam negeri. Saat ini GEA baru diproduksi 10 unit. ''Lima unit diambil BPPT, tiga unit di Inka, dan dua lagi di Sun Motor untuk promosi,'' tuturnya.

GEA juga mengusung mesin 650 cc yang dibuat di Rusnas (Riset Unggulan Strategis Nasional) BPPT yang pabriknya di Tegal, Jawa Tengah. Sayang, kemampuan melajunya hanya 70 kilometer per jam dengan penumpang maksimal lima orang. Mobil GEA memiliki dua alternatif energi. Bisa bensin atau gas, tanpa harus berganti mesin. ''Jadi, silakan saja, mau pilih yang mana, gas atau bensin. Tangkinya berkapasitas 30 liter,'' terangnya.

Mobil ketiga adalah UPV (Urban Personal Vehicle) Arina yang dibuat Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang (Unnes). Sebagai microcar roda empat, mobil itu hanya memerlukan mesin sepeda motor dengan tiga pilihan kapasitas 150 cc, 200 cc, dan 250 cc. Oleh karena itu, konsumsi bahan bakarnya hanya 1 liter untuk 40 kilometer. ''Kecepatannya, saya sudah mencoba sekitar 80 kilometer per jam. Sama dengan yang pakai mesin mobil,'' ujar Monelis Widyatama, mahasiswa Unnes yang bertugas menjaga stan.

Mesin UPV Arina diambil dari sepeda motor Viar, produksi Tiongkok. Namun, menurut Monelis, Unnes sudah bekerja sama dengan Armada Indonesia (Arina) untuk membuat mesin buatan Indonesia. Saat ini UPV Arina sedang menunggu izin untuk bisa digunakan di jalan raya. ''Harganya bergantung mesin yang dipakai. Kapasitas empat orang. Tapi, jok belakang bisa saja diambil untuk bagasi,'' terangnya.

Yang terakhir adalah Komodo. Mobil itu dibuat untuk melintasi medan-medan berat. Karena itu, Komodo cocok digunakan di daerah pertambangan dan perkebunan yang terjal. Pabrik mobil itu berada di Cimahi, Jawa Barat. ''Pembuatnya ini mantan karyawan PT DI (Dirgantara Indonesia -produsen pesawat). Jadi, secara keseimbangan teknisnya sangat berkualitas,'' ungkap Dewa Yuniardi, marketing PT Fin Tetra Indonesia (produsen Komodo).

Dengan kekampuan yang prima melintasi medan berat, Komodo juga digemari para pebisnis yang bergerak di bidang pariwisata outbound. Mereka memesan mobil Komodo untuk disewakan kapad para wisatawan. ''Untuk yang satu kursi, harganya Rp 45 juta. Yang dua kursi Rp 50 juta. Kalau disewakan untuk off road, enam bulan sudah bisa balik modal,'' jelasnya
(jawapos. Sabtu, 16 Mei 2009 ).

0 comments: